Minggu, 20 Desember 2015

Pacaran atau tidak

Ada yang aneh buat saya. Disaat kita tahu kalau pacaran itu dilarang oleh agama, tapi kenapa mereka yang cepat menikah itu rata-rata yang memiliki pacar? Pacarankan dosa, lalu apakah pernikahan mereka berkah??? hanya Allah swt yang tahu. Saya tidak ingin meragukannya, hanya saja kenyataan dalam lingkungan hidup saya seperti itu. Saya yang memutuskan untuk tidak pacaran, sekuat tenaga mematuhi aturan agama, jodoh belum juga ditampakkan.
Ada yang saya sadari disini, Allah swt tahu hamba-hambanya yang siap dan belum. Dan saya termasuk hamba yang belum siap. Pribadi saya belum cukup baik untuk menjalani proses berumah tangga, sikap saya masih sangat kekanak-kanakan, dan ibadah saya kepada Allah swt masih secuil kuku bahkan tidak ternilai sedikitpun jika dibandingkan dengan dosa-dosa yang telah saya lakukan.
Kesimpulan untuk diri saya yang belum dipertemukan jodoh adalah perbaiki diri, ibadah, banyak berdoa dan jalin silaturahim.

Kamis, 12 November 2015

NIkah...? Jangan buru-buru.

Bermula dari bulan oktober lalu, undangan pernikahan berjejer rapi di rak. Mata saya hanya sesekali melirik sinis. Dan Kadang tangan saya ini gatal ingin membakar semua undangan-undangan itu. Tapi kesadaran saya membuat niat jahannam itu hilang seketika. Saya harus ikut berbahagia dengan mereka yang telah bertemu dengan jodohnya.

Iri??? Bukan, kondisi saya hanya bertaraf mengasihani diri sendiri. TUHAN masih belum yakin mempertemukan saya dengan sang pujaan hati. Saya hanya yakin, Tuhan tengah mempersiapkan seorang jodoh terbaik buat saya. Amin

Ini bisa dikatakan curhatan seorang jomblo. Yah, saya mengambil tindakan serius, kalau saya harus mematuhi peraturan agama saya, yaitu agama islam, bahwa tidak ada istilah pacaran. Saya memakai sistem itu dalam menjalani sisa hidup saya. Dan alhamdulillah, pulsa saya tak perlu habis menghubungi seseorang yang bukan muhrim. Tidur saya nyenyak tanpa harus memikirkan anak orang. Hidup saya tenang. Tantangan terberat adalah ejekan dari orang-orang yang mengatakan kalau "kamu tidak punya pacar? Berarti kamu kurang pergaulan", "kamu nggak ada yang suka yah? Kok jomblo terus?".

Pergaulan saya sederhana, saya berteman dengan orang-orang yang menganut sistem yang sama dengan saya. Lalu apa yang perlu saya pusingkan? Kalau dikatakan tidak ada yang suka, mungkin ya mungkin tidak. Apakah saya juga harus memusingkannya? Tidak cuy, hal seperti itu mah, anggap saja pemanis kehidupan. Toh, dengan doa insyaallah akan datang seseorang yang baik hati dan perilakunya, dan agamanya.

Akan ada waktu yang tepat. Di mana kita sudah benar-benar siap. Tugas para jomblo yang memang tidak mau pacaran adalah memperbaiki diri dan  memantaskan diri. Bagaimana para jomblo??????

Senin, 02 November 2015

Uang penghancur kebahagiaan

Uang...uang...dan uang.
Benar adanya jika uang adalah sebuah kebutuhan yang utama bagi kelangsungan hidup manusia.
Makanan yang kita makan pun tak luput dari ambil andilnya sebuah uang. Begitu berartinya sebuah uang sehingga tak sedikit yang menjual tubuhnya untuk mendapatkan secuil nasi pengisi perut.
Miris rasanya, ketika beberapa orang mengatai saya sebagai anak yang tidak ingin membalas budi kedua orangtua. wajar mereka mengatai saya seperti itu, Soalnya mereka tidak tahu aturan yang saya buat dalam hidup saya. Bagi saya semuanya berproses, meskipun dengan proses yang sangat lamban. saya tahu maksud mereka apa, Dan semuanya berkaitan dengan uang.
saya punya cara tersendiri untuk membahagiakan kedua orangtua saya. Bukan dengan menggunakan benda yang disebut uang.
Jangan salah cuy, Apakah kalian pikir dengan  memberikan kedua orangtua kita uang sebanyak-banyaknya, mampu membuat mereka bahagia? Coba pikir dan dalami, seorang anak yang sibuk dengan semua usahanya mengumpulkan uang dan tak ada waktu untuk sekedar bertanya, "ibu, ayah, apakah kalian sehat-sehat saja?" Kadang  orangtua kita hanya ingin anaknya meluangkan waktu bersama mereka. Memang betul, mencari kerja dan mendapatkan uang adalah salah satu hal yang bisa dibanggakan. Tapi kembali lagi, meluangkan waktu bersama kedua orangtua dihari tuanya itu lebih berarti.
Apakah saya sedang ingin lari dari kenyataan kalau saya belum bisa menghasilkan uang? Benar, itu mungkin.
Tapi satu hal, rezeki sudah diatur oleh Allah swt, sekarang saya diberikan waktu oleh Allah untuk membuat kedua orangtua saya tersenyum bahagia dengan kehadiran saya di samping mereka.
Sepertinya ini agak sedikit melenceng dari pembicaraan awal, tapi cobalah untuk mengerti.
Saya ikut berbangga dengan kalian yang mampu menghasilkan uang. Saya hanya berharap kalian tidak melupakan untuk memperhatikan kedua orangtua, tanpa mengikutsertakan uang.
Dan ada kisah yang membuat tamparan keras dihati saya. Ketika seorang teman perempuan lincah dan ceria dimata saya, ia yang merasa sangat bahagia ketika ia mampu menghasilkan uang, mempunyai pacar yang berdompet tebal, bermobil mewah, dan dari kalangan keluarga berada. Tapi apa yang didapatkannya??? Kenyataan kalau ia telah hamil diluar nikah, dengan pria yang tak ingin bertanggung jawab. Apakah sekarang uang mampu membahagiakan perempuan itu? Tidak!!!
Masih teringat jelas dulunya dia begitu membanggakan uang di depan saya. Saya hanya diam dan tak mampu mengomentari setiap kebanggaannya. Ia seolah menertawakan saya yang sama sekali belum mampu menghasilkan uang, tak  memiliki seorang pacar, jangankan pacar, seseorang yang naksir pun tak ada. Apakah kalian pikir saya malu dengan keadaan itu? Tidak. Bahkan saya merasa bangga, saya mampu menjauhkan diri saya dari dosa. Kalian mungkin mencibir, tapi itulah saya. Saya bukan gadis sholehah, tapi saya tahu agama dan ingin memperbaiki diri saya yang sudah berlumur dosa.
Ingat sobat, jangan jadikan uang sebagai patokan, kebahagiaan tanpa menggunakan uang pun bisa kok.
Berikan senyum terindah kalian kepada kedua orangtua kita.
uang hanya akan membawa kalian terbang tinggi, dan ketika kalian berada paling atas, kalian akan sangat mudah dihempaskan ke tanah.
Setelah saya pikir-pikir, kenapa uang selalu menjadi dalang dari setiap masalah? Sebenarnya bukan karena uangnya, tapi karena manusianya. Banyak yang berubah menjadi monster tak memiliki hati hanya karena gara-gara uang. Saling bunuh pun dipicu karena uang.
Jadi inti pertanyaan saya, uang ini sebenarnya siapa? Apa pahlawan pattimura?? Bukan. Lalu siapa?
Sudah cukup bagi saya dengan kesottakan yang saya punya. Silahkan mencari siapa uang itu sebenarnya.
💵💵💵💵💵💵

한자, Leo "사랑합니다".... Itu Dulu!!!!

Secarik kertas lusuh, menjadi naungan Niri untuk sebuah kisah cinta yang membangunkannya dari mimpi. Pangeran yang ia cintai,  teralihkan oleh ketakutan semu. Hidupnya seolah hampa tanpa sebuah nyawa. Inikah cinta yang selalu diagungkan oleh mereka? Semua ini hanya sekedar pembicaraan kosong yang tak memiliki arti, bagi seorang Niri.
5 tahun berlalu dengan hatinya yang kehilangan roh. Pertemuan yang menyesakkan, dengan cinta yang awalnya sangat menggebu-gebu.
Jatuh cinta pada pandangan pertama, pikirnya. Beberapa dari mereka menertawakan setiap tingkahnya yang membenarkan setiap kesalahan pria yang disayanginya, itu dulu, mungkin.
Hari-harinya hanya dipenuhi cercaan dan teguran. Niri hanya ingin menjadi seseorang yang tak menuntut, bahkan sangat ingin mengerti setiap tingkah dan ucapan pria itu. Leo hanya nama samaran yang diungkapkannya.
Kesalahannya yang sangat ingin berbuat setulus hati, dipandang acuh tak acuh, bahkan tak dianggap sama sekali. Hatinya bukan dari batu, apakah air mata yang dikeluarkannya harus tersembunyi selamanya? Niri hanya sanggup membenarkan setiap pemberontakan yang dilakukan oleh hatinya.
Di depan matanya, pria leo itu berani menggandeng perempuan lain dengan senyum bahagia. Hati tak akan pernah bohong, meski tersembunyi, sakitnya akan meluap dengan sendirinya.
Niri hanya menganggapnya lelucon. Rasa sayangnya berhasil menghasutnya. Semua baik-baik saja, itu dulu.
Entah angin apa yang menimpa Leo. Pria itu jujur mengatakan kalau dirinya mempunyai perempuan lain yang disayanginya. Niri hanya terdiam, luapan hatinya meretakkan sisa  pertahanannya. Ketakutannya akhirnya terjadi. Dicintai dan tak dicintai. Dirinya menjadi sosok yang tak dicintai. Ketakutan yang remuk menjadi rasa sakit yang dalam, menusuk dan masuk meninggalkan luka.
Logikanya bersatu dan menyimpulkan keputusan yang harus diambilnya. Melepaskan pria yang sama sekali tak menghargai ketulusannya. Sangat munafik, jika ia baik-baik saja. Air mata Niri hanya mengalir deras menimpa pipinya yang hangat. Ia akan berusaha melupakan, meski baginya itu sangat susah.
Dirinya mencintai orang yang salah. Hanya saja, hatinya masih ingin berterima kasih. Ia tidak akan memberikan cinta tulusnya kesembarangan pria.
Hati Niri benar-benar terkunci. Perjalanannya baru dimulai.
Ia masih perempuan baik dan akan mendapatkan pria yang baik pula.
💝💝💝💝💝💝💝